Fadhoil a mal Syahadat setelah Wudhu

Fadhoil A'mal lil maqdisy

======

Fadhilah Syahadat setelah wudhu'

======

عَن عمر بن الْخطاب رَضِي الله عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم: "من تَوَضَّأ فَأحْسن وضوءه، ثمَّ قَالَ أشهد أَن لَا إِلَه إِلَّا الله وَحده لَا شريك لَهُ وَأَن مُحَمَّدًا عَبده وَرَسُوله اللَّهُمَّ اجْعَلنِي من التوابين واجعلني من المتطهرين فتحت لَهُ أَبْوَاب الْجنَّة الثَّمَانِية يدخلهَا من أَيهَا شَاءَ"، رَوَاهُ مُسلم وَالتِّرْمِذِيّ بِمَعْنَاهُ وَلم يذكر مُسلم: "اللَّهُمَّ اجْعَلنِي من التوابين واجعلني من المتطهرين ".

Dari Umar bin Al Khottob rodhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa berwudhu lalu ia membaguskan wudhu'nya kemudian membaca 

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHU, WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU, WA ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WARASUULUHU, ALLAAHUMMAJ'ALNIY MIN ATTAWWAABIINA WAJ'ALNIY MINAL MUTATHOHHIRIIN"(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, yaa Allah jadikan hamba termasuk golongan orang orang yang bertaubat dan mensucikan diri)

Maka dibukakan baginya pintu pintu surga yang delapan, ia memasukinya dari pintu mana saja yang ia kehendaki".

Diriwayatkan Muslim dan Tirmidzy dengan redaksi yang semakna, adapun Muslim tidak menyebutkan kalimat "Allahummaj'alniy minta tawwaabiina.....".

Penjelasan:

membaguskan wudhu: menyempurnakan wudhu sesuai contoh dari Rasulullah

Doa setelah wudhu yang shohih adalah:

اللَّهُمَّ اجْعَلنِي من التوابين واجعلني من المتطهرين

Sedangkan tambahan:

واجعلني من عبادك الصالحين

WAJ'ALNIY MIN 'IBAADIKAS SHOOLIHIIN. berasal dari riwayat yg dho'if (lemah)

Tambahan faidah :

Membaca syahadat + doa setelah wudhu dianjurkan dengan menghadapkan pandangan ke langit.

Namun demikian mengangkat pandangan ke langit termasuk adab berdoa, dan hal ini banyak disebutkan dalam riwayat riwayat yang shohih. Sehingga mengangkat pandangan ke langit saat membaca syahadat selepas wudhu' dianjurkan. Ini pula yang diajarakn ustadz rahmat kepada kami.

 

Oleh Ustadz Faqih 

Share this :