Pendapat Pertama : Hukum Qurban adalah
sunnah muakkadah (sangat ditekankan). Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Pendapat ini juga dipegang oleh Ibnu Qudamah, As Shon’aniy, dan Syaikh bin Baz.
Dalilnya adalah
1.
Hadist dari Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
إذا دخل العشر، وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس
من شعره ولا من بشره شيئا
"Jika
telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berqurban,
maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." (HR.
Muslim)
Sisi Pendalilan:
Pada hadits ini, Rasulullah mengaitkan qurban dengan irodah (kehendak),
padahal suatu kewajiban tidak bergantung pada kehendak seseorang.
2.
Hadits dari ibunda Aisyah rodhiyallahu ‘anhaa,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر بكبش
أقرن، يطأ في سواد، ويبرك في سواد، وينظر في سواد فأتي به ليضحي به. فقال لها: يا
عائشة هلمي المدية. ثم قال: اشحذيها بحجر. ففعلت: ثم أخذها وأخذ الكبش فأضجعه، ثم
ذبحه، ثم قال: باسم الله. اللهم تقبل من محمد وآل محمد، ومن أمة محمد. ثم ضحى به
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyuruh untuk diambilkan
dua ekor domba bertanduk yang di kakinya berwarna hitam, perutnya terdapat
belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba
tersebut di serahkan kepada beliau untuk diqurbankan, lalu beliau bersabda
kepada 'Aisyah: "Wahai 'Aisyah, bawalah pisau kemari." Kemudian beliau
bersabda: "Asahlah pisau ini dengan batu." Lantas 'Aisyah melakukan
apa yang di perintahkan beliau, setelah di asah, beliau mengambilnya dan
mengambil domba tersebut dan membaringkannya lalu beliau menyembelihnya."
Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah
ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian
beliau berqurban dengannya." (HR. Muslim)
Sisi pendalilan :
Doa Rasulullah tersebut menunjukkan qurban beliau mencukupi untuk keluarga
beliau serta umat beliau yang tidak berqurban, baik ia mampu berqurban atau
tidak.
3.
Atsar dari para sahabat diantaranya dari Hudzaifah bin Usaid ia berkata:
لقد رأيت أبا بكر وعمر رضى الله عنهما وما يضحيان عن أهلهما خشية أن يستن بهما
“Saya melihat Abu Bakr dan Umar
rodhiyallahu ‘anhuma, tidak berqurban atas keluarga mereka takut bila mereka
diikuti orang-orang” (At Tamhid lil hafidz ibni ‘abdil barr)
==================================
Pendapat Kedua: Hukum Qurban adalah wajib
bagi orang yang mampu. Ini adalah pendapat dalam mazhab Hanafi, salah satu
pendapat Malikiyah dan salah satu pendapat dari kalangan Hanabilah. Pendapat
ini juga dipegang sebagian salaf di antaranya Mujahid, Makhul dan Imam Al
Laits. Dalil pendapat kedua ini, di antaranya adalah Firman Allah subhanahu
wata’ala :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat
karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (Al Kautsar ayat 2)
Sisi pendalilan:
Firman Allah “dan
berqurbanlah” merupakan kata perintah yang berkonsekuensi wajibnya hal itu.
Selain itu hadits dari
Jundub bin Junadah rodhiyallahu ‘anhu
ضحينا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
أضحية ذات يوم فإذا أناس قد ذبحوا ضحاياهم قبل الصلاة فلما انصرف رآهم النبي صلى
الله عليه وسلم أنهم قد ذبحوا قبل الصلاة فقال من ذبح قبل الصلاة فليذبح مكانها أخرى،
ومن كان لم يذبح حتى صلينا فليذبح على اسم الله
"Suatu hari kami pernah
menyembelih hewan kurban bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
ternyata orang-orang telah menyembelih hewan kurban mereka, namun hal itu
mereka lakukan sebelum pelaksanaan shalat. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam selesai melaksanakan shalat beliau melihat mereka telah menyembelih
sembelihan mereka sebelum shalat, maka beliau pun bersabda: "Barangsiapa
menyembelih sebelum shalat, hendaklah ia menyembelih lagi sebagai gantinya. Dan
barangsiapa belum menyembelih hingga kami selesai shalat, maka hendaklah ia
menyembelih atas nama Allah."(HR. Bukhori)
Sisi
Pendalilan:
Jika tidak
wajib, maka Rasulullah tidak akan mengulangi penyembelihan hewan qurban sebagai
ganti.
==========================================================
Berdasarkan kedua
pendapat di atas, yang lebih kuat (wallahu a’lam) adalah pendapat pertama yaitu
sunnah muakkadah. Ini juga merupakan pendapat yang dipilih oleh Ustadzuna
Rahmat Al Arifin rahimahullah. Hal ini karena selain hadits-hadits nabi yang
tidak shorih (jelas) mewajibkannya, juga ditambah perbuatan Abu Bakr dan Umar
yang meninggalkan qurban karena takut dianggap kewajiban. Padahal Rasulullah
telah memberikan arahan, jika terjadi perselisihan maka kembalikanlah pada
sunnah nabi dan juga sunnah para khulafaur rasyidin.
Namun demikian tidak
seyogyanya orang yang memiliki kemampuan meninggalkan sunnah menyembelih hewan qurban ini.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : من وجد
سعة فلم يضح فلا يقربن مصلانا
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda:
Barangsiapa mendapatkan keluasan rezki,
lalu ia tidak melakukan qurban, maka janganlah sekali-kali mendekati mushalla
(lapangan tempat shalat) kami. (HR. Ahmad)
Disadur dari http://dorar.net/enc/feqhia/2992
1 Komentar
Semoga semakin banyak yang sadar akan keutamaan ibadah qurban, bahkan ada lembaga yang menyediakan sapi qurban dan kambing yang membantu pelaksanaan qurban ke daerah" muslim miskin di negara dan mancanegara
BalasPenulisan markup di komentar