HUKUM QURBAN

admin 5:58 AM
Para ulama berbeda pendapat terkait hukum qurban ini menjadi dua kelompok.
Pendapat Pertama : Hukum Qurban adalah sunnah muakkadah (sangat ditekankan). Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Pendapat ini juga dipegang oleh Ibnu Qudamah, As Shon’aniy, dan Syaikh bin Baz.
Dalilnya adalah
1.      Hadist dari Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا دخل العشر، وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره ولا من بشره شيئا
"Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berqurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." (HR. Muslim)
Sisi Pendalilan:
Pada hadits ini, Rasulullah mengaitkan qurban dengan irodah (kehendak), padahal suatu kewajiban tidak bergantung pada kehendak seseorang.
2.      Hadits dari ibunda Aisyah rodhiyallahu ‘anhaa,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر بكبش أقرن، يطأ في سواد، ويبرك في سواد، وينظر في سواد فأتي به ليضحي به. فقال لها: يا عائشة هلمي المدية. ثم قال: اشحذيها بحجر. ففعلت: ثم أخذها وأخذ الكبش فأضجعه، ثم ذبحه، ثم قال: باسم الله. اللهم تقبل من محمد وآل محمد، ومن أمة محمد. ثم ضحى به
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyuruh untuk diambilkan dua ekor domba bertanduk yang di kakinya berwarna hitam, perutnya terdapat belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba tersebut di serahkan kepada beliau untuk diqurbankan, lalu beliau bersabda kepada 'Aisyah: "Wahai 'Aisyah, bawalah pisau kemari." Kemudian beliau bersabda: "Asahlah pisau ini dengan batu." Lantas 'Aisyah melakukan apa yang di perintahkan beliau, setelah di asah, beliau mengambilnya dan mengambil domba tersebut dan membaringkannya lalu beliau menyembelihnya." Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian beliau berqurban dengannya." (HR. Muslim)
Sisi pendalilan :
Doa Rasulullah tersebut menunjukkan qurban beliau mencukupi untuk keluarga beliau serta umat beliau yang tidak berqurban, baik ia mampu berqurban atau tidak.
3.      Atsar dari para sahabat diantaranya dari Hudzaifah bin Usaid ia berkata:

لقد رأيت أبا بكر وعمر رضى الله عنهما وما يضحيان عن أهلهما خشية أن يستن بهما
“Saya melihat Abu Bakr dan Umar rodhiyallahu ‘anhuma, tidak berqurban atas keluarga mereka takut bila mereka diikuti orang-orang” (At Tamhid lil hafidz ibni ‘abdil barr)
 ==================================
Pendapat Kedua: Hukum Qurban adalah wajib bagi orang yang mampu. Ini adalah pendapat dalam mazhab Hanafi, salah satu pendapat Malikiyah dan salah satu pendapat dari kalangan Hanabilah. Pendapat ini juga dipegang sebagian salaf di antaranya Mujahid, Makhul dan Imam Al Laits. Dalil pendapat kedua ini, di antaranya adalah Firman Allah subhanahu wata’ala :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (Al Kautsar ayat 2)
Sisi pendalilan:
Firman Allah “dan berqurbanlah” merupakan kata perintah yang berkonsekuensi wajibnya hal itu.
 
Selain itu hadits dari Jundub bin Junadah rodhiyallahu ‘anhu
 ضحينا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم أضحية ذات يوم فإذا أناس قد ذبحوا ضحاياهم قبل الصلاة فلما انصرف رآهم النبي صلى الله عليه وسلم أنهم قد ذبحوا قبل الصلاة فقال من ذبح قبل الصلاة فليذبح مكانها أخرى، ومن كان لم يذبح حتى صلينا فليذبح على اسم الله
"Suatu hari kami pernah menyembelih hewan kurban bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ternyata orang-orang telah menyembelih hewan kurban mereka, namun hal itu mereka lakukan sebelum pelaksanaan shalat. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selesai melaksanakan shalat beliau melihat mereka telah menyembelih sembelihan mereka sebelum shalat, maka beliau pun bersabda: "Barangsiapa menyembelih sebelum shalat, hendaklah ia menyembelih lagi sebagai gantinya. Dan barangsiapa belum menyembelih hingga kami selesai shalat, maka hendaklah ia menyembelih atas nama Allah."(HR. Bukhori)
Sisi Pendalilan:
Jika tidak wajib, maka Rasulullah tidak akan mengulangi penyembelihan hewan qurban sebagai ganti.
==========================================================
Berdasarkan kedua pendapat di atas, yang lebih kuat (wallahu a’lam) adalah pendapat pertama yaitu sunnah muakkadah. Ini juga merupakan pendapat yang dipilih oleh Ustadzuna Rahmat Al Arifin rahimahullah. Hal ini karena selain hadits-hadits nabi yang tidak shorih (jelas) mewajibkannya, juga ditambah perbuatan Abu Bakr dan Umar yang meninggalkan qurban karena takut dianggap kewajiban. Padahal Rasulullah telah memberikan arahan, jika terjadi perselisihan maka kembalikanlah pada sunnah nabi dan juga sunnah para khulafaur rasyidin.
Namun demikian tidak seyogyanya orang yang memiliki kemampuan meninggalkan sunnah menyembelih hewan qurban ini.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من وجد سعة فلم يضح فلا يقربن مصلانا
 Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
Barangsiapa mendapatkan keluasan rezki, lalu ia tidak melakukan qurban, maka janganlah sekali-kali mendekati mushalla (lapangan tempat shalat) kami. (HR. Ahmad)
 
Disadur dari http://dorar.net/enc/feqhia/2992

Share this :

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Semoga semakin banyak yang sadar akan keutamaan ibadah qurban, bahkan ada lembaga yang menyediakan sapi qurban dan kambing yang membantu pelaksanaan qurban ke daerah" muslim miskin di negara dan mancanegara

Balas

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔