Ibnu Qudamah Al Maqdisi menyebutkan sikap ulama salaf dalam
menghindari popularitas sebagai berikut.

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Mas’ud mengatakan, “ Pulanglah,
karena kehinaan akan dirasakan oleh orang yang mengikuti dan menjadi fitnah
bagi orang yang diikuti”.
Abul ‘Aliyah rahimahullah jika dikelilingi lebih dari empat orang
dalam majelis ilmunya, dia langsung berdiri.
Khalid bin Mi’dan rahimahullah jika majelisnya semakin ramai oleh
orang langsung bangkit dan pergi karena khawatir terkenal. *)
Az Zuhri mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang
lebih sedikit dimiliki orang daripada kezuhudan pada kekuasaan. Kita bisa
melihat orang zuhud pada makanan dan harta, namun ketika kekuasaan dibagikan,
ia langsung ikut memperebutkannya.”
Seseorang berkata kepada Bisyr Al-Hafi rahimahullah, “Berilah
wasiat padaku”. Maka Bisyr menjawab, “ Jauhilah popularitas dan makanlah
makanan yang baik”.
Bisyr Al Hafi juga mengatakan, “Tidak akan merasakan manisnya
akhirat orang yang ingin dikenal banyak orang di dunia”.
Dalam Shohih Muslim diriwayatkan bahwa Umar bin Sa’ad (yaitu Sa’ad
bin Abi Waqqash-pen) pergi menemui ayahnya yang sedang menggembala kambing di
luar Madinah. Ketika melihatnya, Sa’ad langsung berdoa, “Aku berlindung kepada
Allah dari penunggang binatang itu”. Tatkala ia mendekat, Umar berkata, “Wahai
Ayah, apakah engkau ingin menjadi seseorang di tengah kawanan onta dan kambing
saja, padahal orang-orang tengah memperebutkan kekuasaan di antara mereka”.
Maka Sa’ad langsung memukul dada anaknya dan berkata, “ Diam! Sungguh aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إن الله يحب العبد التقى الغنى الخفي .
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, kaya, dan tidak
terkenal” (HR Muslim 2965 dan Ahmad 1444)
Abu Umamah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda:
إن أغبط أوليائي عندي لمؤمن خفيف الحاذ، ذو حظ من الصلاة، أحسن عبادة ربه،
وأطاعه في السر، وكان غامضاً في الناس، لا يشار إليه بالأصابع، وكان رزقه كفافاً، فصبر
على ذلك " ثم نقر بيده، فقال : " عجلت منيته، قلت بواكيه، قل تراثه
" حديث حسن
“Sesungguhnya orang yang paling membuatku iri adalah seorang mukmin
yang miskin, rajin mengerjakan sholat, yang membaguskan ibadah kepada Rabbnya,
yang menaati-Nya ketika sendirian, tidak terkenal di antara manusia, tidak
diperhitungkan di tengah-tengah mereka, rezekinya sedang-sedang saja, dan ia
sabar menanggungnya.”
Kemudian beliau memukul-mukulkan tangan beliau dan berkata, “ Lalu
kematiannya disegerakan, wanita-wanita yang menangisinya tidak banyak, dan
warisannya pun sedikit”. Hadits Hasan
(HR Ahmad 21693, Tirmidzi 2347 dan Ibnu Majah 4117, hadits ini
didho’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dho’if At Tirmidzi)
Ibnu Mas’ud berpesan kepada murid-muridnya,
كونوا ينابيع العلم، مصابيح الهدى، أحلاس البيوت، سرج الليل، جدد القلوب،
خلقان الثياب، تعرفون في السماء، وتخفون على أهل الأرض
“Jadilah kalian sumber ilmu, lampu pemberi petunjuk, berdiam di
rumah, pelita malam, berhati baru, berpakaian usang, dikenal di langit, dan
tersembunyi di bumi”.
Apabila ditanya: Ini adalah pembahasan tentang keutamaan tidak terkenal dan celaan
terhadap popularitas. Lalu bagaimana dengan popularitas para Nabi dan Imam-imam
ulama yang tidak tertandingi oleh seorang pun?
Kami jawab: Yang tercela adalah usaha mencari popularitas. Sedang popularitas
yang datang dari Allah Ta’ala tanpa upaya dari manusia adalah tidak tercela.
Namun demikian, popularitas kerap menjadi fitnah bahaya bagi orang-orang yang
lemah. Orang lemah seperti orang yang tenggelam karena tidak mahir berenang.
Jika seseorang bergantung padanya, niscaya dia akan tenggelam dan
menenggelamkannya. Sementara orang yang pandai berenang, jika ia menjadi
pegangan bagi orang-orang yang akan tenggelam, maka ia akan menjadi sebab keselamatan
bagi mereka.
Demikianlah penjelasan dari Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashor Minhajil Qashidin.
Demikianlah penjelasan dari Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashor Minhajil Qashidin.
*) Sikap para ulama dalam majelisnya ini mengingatkan pada guru
kami Ustadz Rahmat Al Arifin rahimahullah yang tidak terpengaruh banyak
sedikitnya hadirin dalam majelis beliau. Pernah suatu ketika majelis tafsir Al
Quran beliau lebih ramai dari biasanya, namun justru beliau hanya mengisi kurang dari 15 menit saja! Padahal kadangkala
seorang penceramah akan bersemangat dan mengeluarkan segala wawasannya jika
orang-orang yang hadir di majelisnya lebih banyak.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar