MEREKA TIDAK INGIN TERKENAL

8:44 PM
Pembaca yang budiman, popularitas adalah salah satu hal yang diinginkan banyak orang. Berbagai upaya ditempuh dilakukan untuk menjadi terkenal. Tidak jarang menggunakan cara yang menyelisihi syariat. Padahal kepopulerannya tersebut bisa menjadi sarana yang menghancurkannya dan sebab ketidaktenangan bagi dirinya. Sebaliknya orang-orang sholih terdahulu sangat membenci popularitas dan berusaha menjauhinya.
Ibnu Qudamah Al Maqdisi menyebutkan sikap ulama salaf dalam menghindari popularitas sebagai berikut.
Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu pernah keluar dari rumahnya dan diikuti sekelompok orang. Dia menoleh dan bertanya, “Mengapa kalian mengikutiku? Demi Allah, andaikata kalian mengetahui isi rumahku, niscaya tidak akan ada seorang pun dari kalian yang ingin mengikutiku.”
Dalam riwayat yang lain, Ibnu Mas’ud mengatakan, “ Pulanglah, karena kehinaan akan dirasakan oleh orang yang mengikuti dan menjadi fitnah bagi orang yang diikuti”.

Abul ‘Aliyah rahimahullah jika dikelilingi lebih dari empat orang dalam majelis ilmunya, dia langsung berdiri.

Khalid bin Mi’dan rahimahullah jika majelisnya semakin ramai oleh orang langsung bangkit dan pergi karena khawatir terkenal. *)

Az Zuhri mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sedikit dimiliki orang daripada kezuhudan pada kekuasaan. Kita bisa melihat orang zuhud pada makanan dan harta, namun ketika kekuasaan dibagikan, ia langsung ikut memperebutkannya.”

Seseorang berkata kepada Bisyr Al-Hafi rahimahullah, “Berilah wasiat padaku”. Maka Bisyr menjawab, “ Jauhilah popularitas dan makanlah makanan yang baik”.
Bisyr Al Hafi juga mengatakan, “Tidak akan merasakan manisnya akhirat orang yang ingin dikenal banyak orang di dunia”.

Dalam Shohih Muslim diriwayatkan bahwa Umar bin Sa’ad (yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash-pen) pergi menemui ayahnya yang sedang menggembala kambing di luar Madinah. Ketika melihatnya, Sa’ad langsung berdoa, “Aku berlindung kepada Allah dari penunggang binatang itu”. Tatkala ia mendekat, Umar berkata, “Wahai Ayah, apakah engkau ingin menjadi seseorang di tengah kawanan onta dan kambing saja, padahal orang-orang tengah memperebutkan kekuasaan di antara mereka”. Maka Sa’ad langsung memukul dada anaknya dan berkata, “ Diam! Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إن الله يحب العبد التقى الغنى الخفي .
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, kaya, dan tidak terkenal” (HR Muslim 2965 dan Ahmad 1444)

Abu Umamah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
إن أغبط أوليائي عندي لمؤمن خفيف الحاذ، ذو حظ من الصلاة، أحسن عبادة ربه، وأطاعه في السر، وكان غامضاً في الناس، لا يشار إليه بالأصابع، وكان رزقه كفافاً، فصبر على ذلك " ثم نقر بيده، فقال : " عجلت منيته، قلت بواكيه، قل تراثه " حديث حسن
“Sesungguhnya orang yang paling membuatku iri adalah seorang mukmin yang miskin, rajin mengerjakan sholat, yang membaguskan ibadah kepada Rabbnya, yang menaati-Nya ketika sendirian, tidak terkenal di antara manusia, tidak diperhitungkan di tengah-tengah mereka, rezekinya sedang-sedang saja, dan ia sabar menanggungnya.” Kemudian beliau memukul-mukulkan tangan beliau dan berkata, “ Lalu kematiannya disegerakan, wanita-wanita yang menangisinya tidak banyak, dan warisannya pun sedikit”. Hadits Hasan
(HR Ahmad 21693, Tirmidzi 2347 dan Ibnu Majah 4117, hadits ini didho’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dho’if At Tirmidzi)

Ibnu Mas’ud berpesan kepada murid-muridnya,
كونوا ينابيع العلم، مصابيح الهدى، أحلاس البيوت، سرج الليل، جدد القلوب، خلقان الثياب، تعرفون في السماء، وتخفون على أهل الأرض
“Jadilah kalian sumber ilmu, lampu pemberi petunjuk, berdiam di rumah, pelita malam, berhati baru, berpakaian usang, dikenal di langit, dan tersembunyi di bumi”.

Apabila ditanya: Ini adalah pembahasan tentang keutamaan tidak terkenal dan celaan terhadap popularitas. Lalu bagaimana dengan popularitas para Nabi dan Imam-imam ulama yang tidak tertandingi oleh seorang pun?
Kami jawab: Yang tercela adalah usaha mencari popularitas. Sedang popularitas yang datang dari Allah Ta’ala tanpa upaya dari manusia adalah tidak tercela. Namun demikian, popularitas kerap menjadi fitnah bahaya bagi orang-orang yang lemah. Orang lemah seperti orang yang tenggelam karena tidak mahir berenang. Jika seseorang bergantung padanya, niscaya dia akan tenggelam dan menenggelamkannya. Sementara orang yang pandai berenang, jika ia menjadi pegangan bagi orang-orang yang akan tenggelam, maka ia akan menjadi sebab keselamatan bagi mereka.

Demikianlah penjelasan dari Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashor Minhajil Qashidin.

*) Sikap para ulama dalam majelisnya ini mengingatkan pada guru kami Ustadz Rahmat Al Arifin rahimahullah yang tidak terpengaruh banyak sedikitnya hadirin dalam majelis beliau. Pernah suatu ketika majelis tafsir Al Quran beliau lebih ramai dari biasanya, namun justru beliau hanya mengisi  kurang dari 15 menit saja! Padahal kadangkala seorang penceramah akan bersemangat dan mengeluarkan segala wawasannya jika orang-orang yang hadir di majelisnya lebih banyak.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔